Jalan-Jalan Ke Jakabaring
Pagi yang cerah. Suara burung-burung
berkicau. Daun dan rumput menari-nari. Hari ini adalah hari kedua aku di
kota baruku, kota Palembang. Kemarin, kami sekeluarga baru saja pindah dari
kota kelahiranku, Bandung. Di kota Palembang ini aku ikut papa pindah kerja.
Papa ditugaskan oleh perusahaannya menjadi direktur pemasaran di kota ini. Saat
ini kami sekeluarga sedang sarapan.
“Sudah
habis sarapannya Wi?” tanya papa.
“Sudah
Pa,” sahut Dewi.
“Papa
tunggu di mobil ya!” kata papa.
Kemudian papa siap mengantarkan aku ke sekolah
baruku. Namanya SMP HARAPAN BANGSA. Di tengah perjalanan, kami melewati sebuah
pasar tradisional. Karena penasaran, aku bertanya sama papa.
“Papa,
apa nama pasar ini?” tanyaku pada papa.
“Oooo…
ini namanya Pasar Kuto,” jawab papa.
Papa memang lahir di Palembang. Beliau
menamatkan pendidikan SD sampai SMAnya di Palembang. Tapi kalau kuliahnya papa
kuliah di kota Bandung. Jadi tidak heran kalau papa tahu nama pasar itu.
Papa terus menyetir. Aku asyik melihat
dari kaca mobil deretan gedung perkantoran dan toko-toko. Sekitar 10 menit
kemudian, aku melewati pasar tradisional lagi. Aku bertanya sama papa lagi apa
nama pasar itu.
“Kalau
yang ini, apa nama pasarnya, Pa?”
“Kalau
ini, namanya Pasar Lemabang,” sahut papa.
Pagi ini, aku senang sekali karena aku
mendapatkan informasi dari papa tentang pasar tradisional di kota Palembang.
Tak terasa, akhirnya aku sampai juga di sekolah baruku. Karena malu, aku
meminta papa menemaniku sampai bel pertama berbunyi. Aku bersyukur sekali
karena papa mengabulkan permintaanku.
Setelah bel berbunyi, aku lalu masuk
kelas. Papa kemudian pergi kerja. Aku berkenalan dengan teman-teman baruku.
Adanya namanya Putri, Devi, Lisa, Irfan, Rasyid, dan masih banyak lagi. Aku duduk sebangku dengan Devi.
Saat jam istirahat tiba, Putri, Devi,
dan Lisa mengajak aku ke kantin. Setelah ke kantin, kami pergi ke perpustakaan.
Putri lalu mengambil komik. Devi mengambil buku iptek, dan Lisa mengambil
majalah.
Aku bingung sendiri. Kemudian aku
memilih kumpulan buku cerita rakyat Sumatera Selatan. Setelah aku aku baca,
ternyata di dalam buku itu ada cerita tentang Si Pahit Lidah. Aku senang sekali
membacanya.
Bel berbunyi kencang sekali. Pelajaran
hari ini disudahi. Semua teman-teman bersorak gembira. Kami pun keluar gerbang
sekolah bersama-sama. Satu persatu teman-teman aku telah dijemput. Tinggal aku
dan Putri. Akhirnya Putri juga dijemput oleh supirnya. Aku khawatir karena tinggal
aku sendiri dan satpam yang duduk di ruang penjagaan. Akhirnya mobil papa muncul.
Aku berteriak girang.
*
Minggu pagi, aku dan mama sudah siap mau
ke pasar Kuto. Papa yang akan mengantarkannya dengan mengendarai mobil. Sampai
di pasar Kuto, Papa dan Manda, adikku menunggu di mobil sedangkan aku dan mama
belanja. Lalu aku dan mama melewati
petak demi petak orang berdagang. Lengkap sekali di pasar ini orang berdagang,
ada berdagang ikan, sayur, sembako, bumbu-bumbu masakan, sampai-sampai ada
orang berdagang kue khas Palembang.
Usai belanja, kami langsung pulang. Tapi saat aku dan mama
mau naik mobil, papa menyuruh aku dan mama jangan langsung pulang dulu. Papa
mau mengajak kami menikmati pempek di warung jajanan tidak jauh dari pasar
Kuto.
“Ma, kita makan pempek di warung itu
yuk?” kata papa sambil menunjukkan warung yang ada diseberang jalan.
“Ok,” aku yang menjawabnya.
Kami berempat akhirnya menyebrang jalan.
Aku lihat memang banyak orang berjejer menjual makanan di sana. Kami masuk di
salah satu warung yang menjual beragam jenis pempek.
“Pak, kami pesan pempek,” kata papa
kepada penjualnya.
“Baik, Pak!” jawab penjual itu.
Aku berteriak girang tak lama akhirnya
pesanan kami datang.
“Ini Pak pesanan Bapak,” kata
pelayannya.
Di piring pesanan kami itu, sudah ada
beragam jenis empek-empek. Papa menjelaskan jenis nama pempek itu kepada aku,
nama pempek itu ada lenjer, telur, pistel, kriting, dan isi tahu. Kemudian kami
makan pempek itu dengan kuahnya. Kali ini, kuahnya kental dan enak, tapi pedas
sekali.
Aku lihat mulut Manda memerah. Padahal
papa sudah bilang sama Manda jangan makan sama kuahnya. Tapi ia masih saja. Ia
langsung minum air putih. Aku memang suka pedas. Jadi mulut aku nggak langsung
merah.
Setelah kenyang, kami pun pulang. Tapi, ketika
beberapa meter dari pasar Kuto, aku lihat dari balik kaca mobil, ada berjejer orang
berdagang buah durian. Banyak orang yang membelinya. Tiba-tiba papa
menghentikan mobilnya.
“Ma, kita turun sebentar yuk, kita beli
buah durian dulu. Kata orang-orang, durian di sini enak sekali,”
“Baiklah Papa!”
Kami pun membeli durian dulu. Aku
melihat ada orang yang membeli durian langsung memakannya di tempat. Tapi papa
memutuskan untuk membawa pulang dan makannya di rumah saja.
*
Sore ini papa telah berjanji akan mengajak
aku, mama, dan Manda pergi jalan-jalan ke Jakabaring. Kata papa tadi malam,
Jakabaring adalah sebuah kawasan yang ada di Seberang Ulu Palembang. Di sana,
ada stadion sepak bola. Namanya Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.
Kata papa juga, di sana ada beragam
gedung pusat pemerintahan, olahraga, dan kesenian. Dan yang terakhir kudengar
dari papa, Jakabaring nantinya akan menjadi tempat pembuka dan penutup
perhelatan SEA GAMES XXVI pada November 2011 yang akan diadakan di Palembang, Sumatera
Selatan dan DKI Jakarta.
Papa sudah selesai sholat ashar. Lalu
kami bersiap-siap untuk pergi ke Jakabaring. Aku sudah tak sabar lagi melihat
kawasan Jakabaring. Aku ingin berfoto ria bersama Manda.
Di tengah perjalanan menuju Jakabaring,
kami melewati sebuah jembatan besar. Aku tahu nama jembatan itu. Tidak salah
lagi, nama jembatan itu pasti Jembatan Ampera.
“Ayo
Wi, Tebak? Apa nama jembatan yang sedang kita lalui ini?” papa melontarkan
pertanyaannya kepadaku secara tiba-tiba.
“Jembatan
Ampera, kan ini Pa!” jawabku.
“Pintar,
anak Papa!” jawab papa.
Kemudian papa menjelaskan panjang lebar
tentang jembatan Ampera. Aku, mama, dan Manda hanya mendengarkan saja. Kata
papa, jembatan ini dibangun pada zaman Presiden Soekarno. Pembangunan jembatan
ini dimulai dari tahun 1962 sampai tahun 1964. Papa menambahkan, jembatan ini
menghubungkan antara wiliyah Seberang Ilir Palembang dan wilayah Seberang Ulu
Palembang. Lalu di bawah jembatan ini mengalir sungai. Namanya sungai Musi.
Aku kagum sama papa. Papa memang putra
daerah yang pintar. Beliau tahu semua tentang warisan yang ada di kota
kelahirannya. Aku semakin cinta sama papa.
Papa terus menyetir. Akhirnya kami telah
memasuki kawasan Jakabaring. Aku lihat deretan kantor pemerintahan. Ada juga
kantor pemerintahan yang sedang dibangun. Kulihat kawasannya asri dan tenang
karena banyak pepohonan yang ditanam. Lalu aku melihat sebuah bentuk tugu. Bentuknya
unik. Kata papa, itu namanya Tugu Parameswara.
Akhirnya, kami sampai juga di Stadion
Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang. Mama, aku, dan Manda langsung berpose. Papa
langsung memoto kami. Aku senang. Tempatnya luas sekali. Tapi sayangnya, kami tidak
lama disini. Karena papa menyuruh naik mobil lagi. Papa ingin mengajak kami ke Komplek
Dekranasda Jakabaring Palembang. Di sana ada beragam replika rumah adat
kota/kabupaten yang ada di Sumatera Selatan.
Mendengar itu, aku sudah tak sabar lagi
berfoto-foto. Beberapa menit kemudian, kami sudah sampai. Akhirnya, Aku, mama,
dan Manda berpose lagi. Kami berpose dari satu rumah adat ke rumah adat lagi.
Senja pun turun. Papa kemudian mengajak
kami pulang. Meskipun lelah, tapi aku senang sekali karena aku banyak tahu
seputar tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di kota baruku ini. Papa
berjanji, suatu saat nanti papa akan mengajak kami ke pulau Kemaro dan Hutan
Wisata Punti Kayu.
*
Hari ini aku sekolah lagi. Papa sudah
siap mengantarkan aku ke sekolah. Tapi sebelum mengantar aku sekolah, Papa akan
mengantar mama ke pasar Kuto dulu untuk belanja bersama Manda.
Ternyata saat aku tiba di sekolah,
anak-anak sudah ramai berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara bendera.
Cepat-cepat aku berlari menuju kelas. Setelah itu, aku ikut berbaris mengikuti
upacara bendera juga.
Seusai upacara bendera di lapangan, kami
belajar bahasa Indonesia bersama Ibu Lestari. Ternyata hari ini kami disuruh
ibu Lestari mengarang bebas. Akhirnya aku memutuskan untuk mengarang tentang
pengalamanku kemarin. Lalu aku beri judul karanganku itu Jalan-Jalan ke
Jakabaring. Dengan semangat aku menulis. Tidak aku sangka, aku pertama kali
yang mengumpulnya. Aku senang sekali.
Saturday, June 30, 2012
|
Labels:
Cerpen
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
- “ngaBLOGburit”
- Acer Indonesia
- Acer Liquid Z320.
- Berkah Ramadhan
- Biaya Umroh
- Catatan Anak Bangsa
- Cerpen
- Daftar Umroh
- emas
- Haji Umroh
- Ibadah Umroh
- Jalan-Jalan
- Jelajah Gizi
- Kearifan Lokal Palembang
- Kontes Foto
- Kontes Menulis
- Motor
- Puasa
- Ramadhan
- Shooting Iklan
- Smartphone Acer
- Travel Umroh
- Umroh Murah
- Umroh Ramadhan
- Undian
- Unilever
2 comments:
good cerpen, Ham
Sebenarnya ini cerpen ponakan Ilham. Tapi Ilham yang edit. Kemarin kata-katanya sedikit berantakan.
Post a Comment