Malik, Mengubah Botol Air Mineral Menjadi Seni Kreativitas yang Beromzet Puluhan Juta Rupiah

By : Ilham Buchori


Memiliki keterbatasan fisik tak membuat Malik menyerah. Meski hanya memiliki satu kaki, ia berusaha menaklukkan pahit getirnya kehidupan. Berkat keuletan dan ketekunannya, ia sukses melambungkan karya-karyanya ke mancanegara. Namun sebelum itu, berbagai cemooh dan perlakuan kasar menjadi keseharian yang harus dihadapinya.

***

Ahmad Malik Junaidi adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan kontraktor. Malik, begitulah ia kerap disapa, dikenal sebagai karyawan teladan di perusahaannya. Pernah ia dikirim ke Singapura, Malaysia, dan China untuk perjalanan dinas dan mengikuti beragam seminar. Tak hanya itu, ia juga pernah dikirim perusahaan untuk menimba ilmu di Jerman selama satu tahun.

Namun, ketika divonis dokter mengalami penyakit kanker tulang, tak membuat Malik kehilangan semangat kerja. Justru sebaliknya. Ia semakin giat bekerja, memberikan yang terbaik untuk perusahaannya. Tapi sayangnya, hal itu tak berlaku bagi istri dan anaknya. Mereka begitu cemas ketika mendengar kabar tersebut. Mereka sudah berpikiran negatif, bagaimana kalau harus diamputasi.....,”.

Hingga dua bulan kemudian, hal itupun menimpa Malik. Dokter menyarankan Malik untuk mengamputasi kaki kirinya karena penyakitnya semakin parah. Malik pun menyetujuinya. Rekan-rekan kerjanya kemudian bergegas mengunjunginya ke rumah sakit.

Ketika melihat sosok laki-laki yang selama ini mereka kenal enerjik dan ambisius telah terkulai lemah, mereka hanya mampu menutup mulut kecilnya. Tak sedikit dari mata teman-temannya berkaca-kaca. Bosnya, tidak mampu berkata-kata. Ia hanya mampu mengucapkan rasa sedih yang mendalam kepada anak dan istrinya.

Uniknya, sebulan kemudian keharuan dari para rekan dan sanak saudara dengan cepat ia abaikan. Malik dengan enerjiknya tetap bekerja di rumah membantu istrinya berdagang sayur-mayur walau hanya dengan menggunakan kursi roda. Malik adalah tipikal pria yang tegas, tegar, dan tak mau dikasihi.

Pernah seminggu setelah ia keluar dari rumah sakit, bosnya datang dan mengizinkannya bekerja lagi meski hanya dengan menggunakan kursi roda. Namun dengan lembut, Malik menolaknya. Ia tak mau kehadiran dirinya di perusahaan menyebabkan kecemburuan diantara karyawan.

Terbit Ide


Lama berdiam diri di rumah, membuat Malik jenuh. Maka ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan bersama sang istri. Sang istri lantas mengajak Malik ke Benteng Kuto Besak (BKB) sambil melihat jembatan Ampera dari dekat. BKB adalah salah satu tempat wisata di kota Palembang, letaknya di tepian sungai Musi. Di sana, Malik tampak terhibur.

Ketika matahari nyaris tenggalam, mereka pun pulang. Namun, ketika hendak keluar gerbang, Malik tersentak. Ia melihat banyak botol air mineral yang ada di tempat sampah. Tanpa malu, Malik lantas mengambilnya. Sepanjang jalan pulang, istrinya menggerutu dan terus menyerang Malik dengan pertanyaan untuk apa botol-botol itu. Sayang, Malik hanya berkata pendek : Lihat saja nanti, Bu!

Dengan modal sisa uang tabungan, akhirnya terbit dibenak Malik untuk menerima botol-botol air mineral dari tetangga dan warga sekitarnya dan mengubahnya menjadi barang yang bernilai seni. Namun, sang istri menentang keras keinginannya itu. Selain kotor dan mendatangkan nyamuk, istrinya tak mau menanggung cemooh dan caci maki dari tetangganya nanti. Setelah Malik memberikan pengertian tentang tuntutan hidup yang semakin melambung, istrinya pun memahaminya.

Kemudian dipajangnya kertas karton di depan rumahnya ”Menerima Botol Air Mineral Bekas.” Mengetahui hal tersebut, baik pembeli atau tetangga yang memiliki banyak botol air mineral menjualnya kepada Malik. Tak hanya itu, para pencari barang bekas yang mengetahui harga jual di tempat Malik lebih mahal, mereka pun berdatangan menjualnya ke tempat Malik.

Sayang, jalan usaha Malik tak mulus. Ia sering didatangi oleh pengusaha penerima barang bekas. Ia disebut sebagai perebut langganan orang. Selain itu, Malik juga sering menerima perlakuan buruk dari tetangganya. Ia sering dicemooh sebagai pendatang nyamuk oleh tetangga dekatnya lantaran gudang tempat menyimpan botol-botol itu terletak persis disamping rumah mereka.

Sempat istrinya menangis mendengar cemoohan itu. Namun, Malik tetap dengan pendiriannya. Ia berusaha untuk mengubah botol-botol air mineral bekas itu menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai seni. Malik dibantu anaknya menangani sendiri seluruh lingkup pekerjaannya, mulai dari mencuci dan membersihkan botol-botol itu, membuat pola/bentuk, mengecat, dan menjemur hasil kreasi yang telah dicat lalu memajangnya di etalase teras rumhanya.

Tak sulit bagi Malik untuk mengkreasikan botol-botol air mineral menjadi sesuatu yang bernilai seni tinggi karena ia memiliki jiwa seni sejak kecil. Dalam sehari, Malik dapat menyulap botol-botol air mineral itu menjadi 5 sampai 20 karya, seperti wadah lampu, hiasan rumah, hiasan dinding, pot bunga, lampion, dan aneka bentuk lainnya. Setelah dibuat, lalu tugas sang anak untuk memajangnya di etalase depan rumahnya. Pelanggan sayur istrinya pun yang berbelanja terkesima melihat hasil kreasi Malik yang begitu kreatif dan inovatif. Dan, akhirnya mereka membelinya.

Inilah titik awal Malik memulai bisnis. Perlahan semakin perlahan, peminat karyanya mulai bertambah. Rekomendasi dari mulut ke mulut ternyata cukup ampuh sehingga Malik berhasil menyewa toko kecil di ujung jalan rumahnya dan merekrut beberapa karyawan untuk membantu jalan usahanya. Semua kegiatan usahanya, lalu ia pindahkan di toko kecil itu, termasuk gudang tempat penyimpanan botol-botol air mineral.

Guna mengembangkan usahanya, Malik mempromosikan hasil kreasinya melalui jejaring sosial dan blog. Alhasil, cara itupun berujung pada kesuksesan. Terbukti, pembeli dari Bali dan Jakarta mengajak Malik bekerja sama. Hal itupun tak disia-siakan oleh Malik. Secepatnya ia menyambut berita baik itu. Dari sana, Malik semakin kebanjiran order.

Semakin Melambung

Hingga suatu ketika, ada seorang turis mancanegara yang kebetulan berkunjung ke kawasan rumahnya untuk sekedar melihat-lihat sudut kota Palembang. Sesampai di tokonya, Turis itu terkagum-kagum melihat hasil kreasi Malik yang begitu menarik. Kekaguman turis itupun semakin menjadi saat mengetahui Maliklah yang membuatnya. Turis itu membeli banyak hasil kreasi Malik. Kemudian mereka pun saling bertukar nomor telepon.

Dua bulan berselang, wartawan yang mengetahui Malik menggeluti usaha kerajinan tangan dari internet, segera menghubunginya untuk diminta wawancara. Ia pun menyanggupinya. Setelah mereka bertemu, sang wartawan tampak terkejut. Ia tak menyangka karya sebagus dan semenarik yang sedang ia saksikan saat itu adalah karya seorang yang memiliki keterbatasan. Wartawan itu benar-benar kagum.

Tak mengherankan, ketika perjalanan usahanya dimuat di surat kabar, semakin banyak orang yang mendatangi tokonya. Termasuk bos dan rekan kerjanya dulu yang saat itu membaca beritanya. Mereka begitu kaget sekaligus bangga. Selama ini mereka tak pernah bertegur sapa, meski lewat sms sekalipun. Mereka pun tidak ketinggalan untuk membeli karya yang telah dihasilkan oleh Malik.

Pemerintah setempat yang mengetahui hal itu, lantas menyuntikkan dana kepada Malik. Dari dana itu, kemudian Malik melebarkan sayap usahanya ke bidang pembuatan anyaman khas Palembang, pembuatan miniatur Jembatan Ampera, dan souvenir pernikahan. Dan dari dana itu pula, Malik mengalihkan bentuk usahanya dari perusahaan perorangan menjadi perseroan terbatas.

Ia pun semakin gencar melakukan promosi. Hasilnya, menakjubkan. Malik Jaya Handicraft, label usahanya semakin berkembang. Terbukti, pembeli dari Bali banyak memesan. Begitupula pembeli dari kota-kota lain semakin berminat menjadi mitra bisnisnya. Dan yang sangat mengejutkan, turis yang pernah menyambanginya waktu itu, mengajaknya untuk bekerja sama. Tanpa pikir panjang, ia pun menyanggupinya.

Maka tak mengherankan, lewat kepiawaiannya itu, Malik dinobatkan sebagai wiraswasta kecil dan menengah terbaik oleh salah satu perusahaan rokok terkemuka. Berselang empat bulan kemudian, Malik kembali mencatatkan prestasi yang memuaskan. Ia berhasil meraih penghargaan sebagai entrepreneur peduli lingkungan oleh pemerintah setempat.

Sehari setelah meraih penghargaan, ia kemudian diundang oleh stasiun TV lokal sebagai bintang tamu. Ketika diwawancara, ia sangat senang sekali dan bangga karena telah mampu mengubah sampah menjadi barang yang bernilai seni. Selain itu, ia juga bersyukur dapat menekan angka pengangguran yang ada di lingkungan sekitarnya. Saat ditanya pesan-pesan apa yang ingin disampaikan kepada generasi muda, ia kemudian menjawab : ”Bagi generasi muda yang khususnya memiliki keterbatasan, jangan pernah menyesali hidup ini. Justru kita harus bangkit dari keterbatasan. Terus dan teruslah gali potensi yang ada dalam diri kita. Tepuk tangan yang meriah pun membahana memenuhi ruang studio.

Kini, kiprah Malik meretas sukses sebagai pengusaha kerajinan tangan terus menggurita. Tercatat, karya-karyanya sukses menembus beberapa pasar internasional, seperti Australia, Malaysia, Amerika Serikat, dan sebagian negara lainnya. Di dalam negeri karya-karyanya pun tak kalah sukses, sebut saja Jakarta, Bali, Makasar, Medan, Surabaya, Banjarmasin, dan Malang, menjadi kota tujuan utama pendistribusian karya-karyanya.

Tercatat saat ini pula, Malik sukses memayungi sekitar 100 karyawan dan mengantongi omzet puluhan bahkan ratusan juta rupiah per bulannya. Namun seperti kebanyakan pengusaha lainnya yang memiliki kesadaran sosial tinggi, Malik tidak ingin kesuksesannya dinikmati sendirian. Untuk itu, ia menyumbangkan kursi roda kepada orang yang berhak menerima. Tak hanya itu, Malik juga mendermakan uangnya untuk pengembangan pendidikan di kawasan lingkungan yang ada di sekitar perusahaannya.


Bumi Sriwijaya, 12 Januari 2011


Dilarang mengopi paste cerita ini tanpa seizin penulis...

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Ngobrol Asik..

Followers