Digitalisasi Pembukuan Akuntansi Bagi Pelaku UMKM
Tahun 2017 silam, Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) RI melansir sebanyak 3,79 juta
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah memanfaatkan platform online dalam
memasarkan produknya. Sementara tahun 2018 meningkat menjadi sekitar 4,7 juta UMKM.
Ditargetkan pada akhir 2019 menjadi 8 juta UMKM.
Tentu,
berita ini menggembirakan. Jumlah pelaku UMKM yang telah memanfaatkan platform online terus mengalami kenaikan
dari tahun ke tahunnya. Hal ini disebabkan pergeseran zaman. Mengingat, dunia
industri kini telah memasuki babak baru yang disebut dengan Revolusi Industri
4.0. Yang mana, rutinitas dunia industri telah memanfaatkan kecanggihan
teknologi.
Namun
sayangnya, pesatnya pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang
sudah beralih ke sistem online, tidak
dibarengi dengan pembukuan akuntansi berbasis teknologi. Sebagian pelaku UMKM
masih mencatat pembukuannya secara manual. Parahnya lagi, masih ada pelaku UMKM
yang buta akuntansi. Sehingga pelaku UMKM seperti ini menganggap pembukuan itu
tidak terlalu penting.
Padahal
sudah sangat jelas. Dibuatnya pembukuan memiliki banyak manfaat. Sebut saja,
dapat melihat untung-rugi selama menjalankan usaha dan memisahkan
aset pribadi
agar tidak tercampur dengan aset bisnis. Jauh lebih penting, adanya pembukuan
akuntansi yang baik menjadi syarat utama ketika pelaku UMKM berhubungan dengan
pihak luar.
Misalnya saja,
ketika usaha kedai kopi salah seorang pelaku UMKM terus berkembang dan ingin
menggandeng kerjasama kepada pihak luar, maka pihak luar, seperti perusahaan
lain atau lembaga keuangan akan meminta laporan keuangan. Sejatinya laporan
keuangan adalah informasi penting bagi pihak luar untuk menilai prospek atau
tidak bisnis yang dijalankan saat ini dan di masa depan. Ketika memiliki
prospek, maka kerjasama akan berlanjut. Akan tetapi, jika tidak prospek,
kerjasama akan berakhir. Maka dari itu, betapa pentingnya laporan keuangan.
Aplikasi
Buatan Anak Bangsa
Masih banyaknya
pelaku UMKM yang belum memiliki pembukuan secara baik berbanding terbalik di era digital seperti
sekarang ini. Yang mana, berkat kemajuan ilmu pengetahuan (iptek) dan inovasi
telah bermunculan aplikasi atau software
pembukuan akuntansi berbasis teknologi. Seperti kita ketahui bersama, pembaruan
peranti lunak (software) merupakan
satu diantara 15 sub sektor Industri Kreatif 4.0.
Aplikasi
tersebut bukan cuma buatan orang luar negeri saja. Tetapi, ada pula karya anak
bangsa yang patut diberi apresiasi. Kita tinggal memilih untuk
mengunduhnya. Dari yang gratis hingga
berbayar. Semua tersedia.
Sekilas
aplikasi atau software yang tersedia
tampak rumit. Tetapi ketika kita serius belajar, rasanya tidak ada yang rumit.
Aplikasi yang ada dijamin user friendly dan
menarik. Uniknya lagi, menggunakan aplikasi pembukuan akuntansi, kita tinggal
memasukkan nominal sesuai transaksi saja. Lalu, transaksi tersebut akan
otomatis terhubung dengan transaksi lainnya dan langsung menjadi laporan
keuangan. Tanpa perlu membuat jurnal double
entry (debit-kredit) lagi.
Berbeda
halnya dengan mencatat pembukuan secara manual. Pembukuan secara manual
menuntut kita mencatat banyak hal secara manual pada beberapa kertas kerja atau
buku. Anda akan memakai cara kuno. Anda membuat kertas kerja menggunakan
penggaris dan memakan banyak kertas. Kemudian, Anda akan menyusun jurnal double entry yang cukup membingungkan.
Mirisnya,
ketika Anda tidak teliti, misalnya salah menghitung jumlah transaksi antara
debit dan kredit, siap-siap Anda akan dilanda pusing. Dan inilah, risiko
terberatnya. Waktu Anda banyak tersita. Anda akan menghitung ulang hingga
posisi debit-kreditnya balance.
Bukan
hanya itu, menggunakan pembukuan secara manual masih menyisakan kelemahan.
Risiko kehilangan data, penyalahgunaan aset, memakan biaya yang cukup besar,
sampai kerap terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh human error sehingga harus membuat ulang laporan keuangan adalah sederet
kelemahan terbesar menggunakan pembukuan secara manual.
Oleh
sebab itu, di era Revolusi Industri 4.0 kini, semua dituntut praktis. Pelaku
UMKM harus berpikir out of the box,
termasuk dalam menggunakan aplikasi pembukuan. Dengan begitu, membuat pembukuan
akan terasa lebih efektif dan efisien.
Walaupun di lain sisi para pelaku UMKM masih ada yang buta akuntansi, namun ini harus dicari solusinya. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Semua pemangku kepentingan digital ekonomi, termasuk pemerintah agar mendorong dan memfasilitasi para pelaku UMKM supaya lebih melek akuntansi berbasis teknologi. Jika penggunaannya tidak dimulai dari sekarang, maka bangsa kita akan makin ketinggalan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
- “ngaBLOGburit”
- Acer Indonesia
- Acer Liquid Z320.
- Berkah Ramadhan
- Biaya Umroh
- Catatan Anak Bangsa
- Cerpen
- Daftar Umroh
- emas
- Haji Umroh
- Ibadah Umroh
- Jalan-Jalan
- Jelajah Gizi
- Kearifan Lokal Palembang
- Kontes Foto
- Kontes Menulis
- Motor
- Puasa
- Ramadhan
- Shooting Iklan
- Smartphone Acer
- Travel Umroh
- Umroh Murah
- Umroh Ramadhan
- Undian
- Unilever
5 comments:
keren!!!
Terima kasih penjelasan yang sanagt singkat dan mudah dipahami. Saat ini memang digitalisasi atau penggunaan Aplikasi Akuntansi menjadi salah satu cara untuk memudahkan pengelolaan usaha.
Penjelasan diatas sangat baik dan sangat mudah dipahami. Selain itu, Anda juga dapat membaca mengenai Sejarah pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.
Terima kasih atas penjelasannya, untuk memudahkan digitalisasi akuntansi dapat menggunakan aplikasi akuntansi
Terimakasih Sharingnya sangat bermanfaat,
untuk pembahasan digitalisasi akuntansi, mungki link berikut bisa menjadi tambahan referensi
https://www.krishandsoftware.com/blog/1624/pengertian-digitalisasi-akuntansi/
Post a Comment