Jangan Sampai Anak Salah Pilih Teladan
Belakangan ini, sebagian anak Indonesia lebih sering menggandrungi
beragam hal yang mereka tiru lewat media sosial. Contohnya saja, ketika ada
seorang anak memposting video dengan gaya X atau Y menggunakan sebuah aplikasi
Z. Lalu, virus itu akan menular kepada anak lainnya. Tidak tanggung-tanggung,
beberapa anak akan lebih ekstrim memposting video dengan gaya yang tidak lazimnya.
Sambil berjoget di jalan raya, misalnya.
Ketika ramai di jejaring sosial beredar foto para publik figur
menggunakan busana seksi, atau beredar video membentuk alis dengan gaya A atau
B, lantas beberapa anak perempuan yang belum cukup umur berlomba-lomba
mencontohnya. Sungguh, disayangkan! Sebenarnya video itu tidak salah, karena
bisa dicontoh oleh perempuan dewasa atau wanita yang telah menikah. Tetapi yang
disesalkan, kenapa anak-anak ikut terkontaminasi?
Tetiba saya teringat pada cerita seorang teman. Betapa dia kewalahan
menasehati adik perempuannya untuk tidak berdandan berlebihan. Kadang bersama
temannya nongkrong memakai lipstik, bedak, busana minim, dan membentuk alis layaknya
ibu-ibu yang ia contoh dari internet. Faktanya adiknya saat itu masih duduk di
bangku SMA. Ironis!
Bukan cuma di situ, sebagian acara televisi di Indonesia juga saat ini
hanya menyajikan hiburan semata. Sehingga minimnya pesan moral yang disampaikan
dari acara-acara tersebut tidak menjadikan anak sebagai pribadi yang unggul.
Justru anak-anak akan mudah menyerap kata-kata atau adegan kurang berguna yang
ada di acara televisi. Kemudian mereka akan mengikutinya. Ketika adegan atau
kata-kata ini dipraktikkan oleh anak-anak, pasti ada saja satu atau dua orang
anak lainnya yang bakal menjadi korban olokan atau bullyan.
Masih jelas di benak kita, kasus anak SD berusia 8 tahun di Jakarta meregang nyawa usai dipukul teman sekelasnya di dalam
ruang kelas akibat menonton acara banting-membanting tubuh di televisi (2015). Atau, beberapa bocah SD
sedang merokok di lingkungan sekolah saat jam istirahat (2017). Dan diluar
nalar, kasus 6 bocah memperkosa anak gadis yang masih berusia 8 tahun di Bogor
(Februari, 2018). Ironisnya, beberapa kejadian tidak mengenakkan tersebut
terjadi di lingkungan sekolah.
Ketika ditelusuri faktor apa saja yang menyebabkan pelbagai kasus ini terjadi,
salah satu penyebabnya adalah kesalahan anak-anak dalam mencontoh apa yang
telah mereka dengar dan lihat. Medianya bisa datang dari internet (jejaring
sosial), televisi, orang terdekat, dan lingkungan sekitar. Alih-alih memeroleh
teladan yang baik dari apa yang telah dilihat dan didengarnya, malah anak-anak
terjerumus pada perbuatan yang dapat merusak moral.
Oleh karena itu, supaya anak-anak tidak salah menemukan teladan yang
layak mereka tiru di dalam kehidupannya, tugas tersebut bukan hanya ada di
pundak guru di sekolah, tetapi juga harus ada pelibatan dari keluarga dan
masyarakat. Adapun peran yang wajib dilakukan oleh orangtua dan masyarakat;
Pertama, orangtua harus menjadi inspirasi di rumah. Ketika
seorang ayah merokok, maka jangan kaget jika anaknya ikutan merokok. Atau
ibunya seorang pengguna gadget yang aktif. Maka jangan heran sang anak akan
mengikuti jejak ibunya. Untuk itu, jika tidak ingin anak kita memiliki pribadi
yang kurang baik, maka kita sebagai orangtua harus memberikan contoh yang baik.
Munculkan sifat terpuji di hadapan anak – meski sekalipun kita dikenal garang
di luar. Dengan demikan, anak akan menirunya.
Kedua, sudah semestinya orangtua mengawasi penggunaan gadget (gawai) pada anak. Di
samping menyajikan tontonan televisi sesuai dengan usianya. Di zaman now, gawai dan televisi
memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi memiliki nilai positif. Di sisi
lain, memiliki nilai negatif. Agar anak tetap bisa menggunakan gawai dan
menyaksikan televisi, orangtua harus membuka mindset anak-anak. Ajari kepada
anak-anak kita, bahwa di dalam media sosial dan televisi ada yang pantas dan
tidak pantas mereka buka.
Ketiga, orangtua harus menjalin komunikasi dengan sekolah
secara intens, baik melalui grup media sosial, telepon, buku laporan, dan lain
sebagainya. Di Finlandia, misalnya. Di negara tersebut, orangtua dilibatkan di
dalam menyusun kurikulum sekolah. Dengan begitu, kedekatan antara sekolah
dengan orangtua terjalin dengan erat.
Keempat, para orangtua yang tergabung dalam sebuah
komunitas yang kemudian disebut masyarakat wajib hukumnya memberikan motivasi kepada
para anak secara berkala. Nantinya kegiatan motivasi tersebut dilakukan di
ruang terbuka atau balai pertemuan. Lalu, mengundang orang-orang yang telah berhasil
di bidangnya sebagai pembicara atau motivator. Profesinya bisa dari kalangan
pemuka agama, pendongeng, polisi, jurnalis, wirausaha, dokter, dan profesi
lainnya. Saat kegiatan ini dilakukan, sebisa mungkin orangtua mengikutsertakan
anaknya. Dengan cara berbagi cerita dan motivasi ini, selain menambah ilmu
pengetahuan, diharapkan dapat meningkatkan prestasi anak dan anak dapat
meneledani karakter baik yang ada pada diri motivator.
Dan kelima yang amat penting dilakukan masyarakat adalah harus ikut serta dalam
menindak apapun kegiatan penyimpangan yang dilakukan oleh anak di lingkungan
masyarakat, seperti tawuran, gank motor, dan kegiatan yang bisa merusak moral
lainnya. Selain itu, aktif berkampanye memerangi konten yang tidak sepantasnya
dibuka oleh anak-anak pada saluran internet atau televisi. Caranya tidak lain
dengan ikut memblokir peredaran situs porno dan judi, stop menyebarkan video bullying dan semacamnya, berhenti
membagi berita gosip, tidak mengunduh aplikasi yang menyesatkan, ikut mengawal
tontonan mana saja yang tidak menjadi tuntunan bagi anak, dan lain-lain.
Dengan demikian, ketika orangtua dan masyarakat
ikut berperan meredam anak-anak mencontoh kegiatan atau sosok yang salah,
setidaknya anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang unggul.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
- “ngaBLOGburit”
- Acer Indonesia
- Acer Liquid Z320.
- Berkah Ramadhan
- Biaya Umroh
- Catatan Anak Bangsa
- Cerpen
- Daftar Umroh
- emas
- Haji Umroh
- Ibadah Umroh
- Jalan-Jalan
- Jelajah Gizi
- Kearifan Lokal Palembang
- Kontes Foto
- Kontes Menulis
- Motor
- Puasa
- Ramadhan
- Shooting Iklan
- Smartphone Acer
- Travel Umroh
- Umroh Murah
- Umroh Ramadhan
- Undian
- Unilever
0 comments:
Post a Comment