Marah Kepadamu Adalah Godaan Terberatku

Pagi ini, kau mengendap-ngendap masuk ke kamarku. Aku pura-pura tidur saat itu. Aku tahu kau akan mengambil uang di dompetku. Itulah kebiasaan kau setiap hari. Setelah berhasil, kau bergegas berlari meninggalkan jejak. Ingin aku marah padamu. Tetapi aku sedang puasa. Benar-benar godaan terberat saat hendak marah kepadamu di bulan suci seperti ini.

Lalu, aku bangun. Kuperiksa dompet. Kau hanya mengambil selembar uang dua ribu. Kuhapus rasa marah yang bergejolak di hati. Tak berapa lama, suara penjual buah langganan lewat. Aku gegas cuci muka lantas membeli pepaya dan melon untuk membuat menu takjil saat berbuka nanti. Setelah kubayar, ibu lantas menyuruhku untuk memotongnya. Kuturuti perkataan ibu. Karena jarum jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan, sesegera mungkin aku mandi untuk berangkat kerja. Buah yang telah kupotong tadi, lalu kumasukkan ke dalam kulkas.

Ketika aku selesai mandi, betapa kagetnya aku saat kutahu kau mengambil potongan buah pepaya dari dalam kulkas. Dengan lahapnya kau memakannya. Ingin sekali aku marah kepadamu. Tetapi aku sedang puasa. Kutinggalkan dirimu, gegas aku ganti pakaian, pamit pada ibu lalu pergi kerja. Pikiranku sedikit jernih saat tak melihat wajahmu.

Seperti biasa, saat menuju tempat kerja aku kerap terjebak macet. Belum lagi ulah pengemudi kendaraan lain yang kebut-kebutan. Membuat aku harus lebih hati-hati di jalan. Ketika di lampu merah, tiba-tiba seorang pengendara dari belakang menyenggol motorku. Nyaris motorku oleng. Lagi-lagi ingin marah, tetapi aku cepat-cepat istighfar.

Sekitar 15 menit telah kulalui. Kini, aku telah sampai di tempat kerja. Sebelum bekerja, aku dan teman kerjaku mengepel lantai dan membersihkan etalase. Saat sedang sibuknya mengepel, seorang costumer datang. Ia ingin memberitahukan kalau handpone yang pernah dibelinya rusak. Sejurus kemudian, otakku mendidih. Rasanya panas sekali. Lantaran costumer itu mengotori lantai yang telah kupel dengan alas kakinya. Aaarrghhh! Ingin marah, tetapi aku sedang puasa. Akhirnya kulayani costumer tersebut dengan hati riang. Karena kutahu, dimana-mana berlaku hukum “pembeli adalah raja.”

Siang  pun tiba. Waktunya makan siang. Kebetulan ada temanku tak puasa. Dia sedang datang bulan. Entah lupa atau sengaja, dia membuka kotak makanannya di depanku. Seketika, cumi iris cabe ijonya bikin lidah ini bergoyang. Namun bagaimana pun, aku harus menahannya. Karena aku sedang puasa.

Tak terasa, sore tiba. Saatnya pulang ke rumah. Beruntung, sore ini aku tak dijebak macet. So, aku sampai di rumah 30 menit sebelum berbuka. Aku bergegas masuk kamar. Lalu berganti pakaian. Betapa kagetnya aku. Laci lemariku berantakan. Aku yakin ini ulah kau! Kuperiksa dompetku. Rupanya uangku kembali hilang 5 ribu. Lantas kumenuju kamarmu. Kulihat dengan nikmatnya kau menghisap rokok. Sumpah, ingin aku marah padamu tetapi aku sedang puasa. Dan bagaimana pun keadaanmu sekarang, kau tetap kakakku. Saudaraku.  Tak kupedulikan kau gila.

Setelah berbuka puasa, mendadak ada sms masuk. Kubuka sms itu. Ternyata ada pulsa masuk 50 ribu dari panitia sebuah kontes. Aku bersyukur. Mungkin, hadiah pulsa ini imbalanku dari Allah karena aku telah berhasil menahan godaan saat berpuasa, terlebih menahan marah kepada kakakku!






0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Ngobrol Asik..

Followers