Iseng Kirim Opini, Gue Menang!

Seminggu terakhir, warga Palembang dibuat geger oleh kasus pencabulan yang dilakukan oleh 12 siswa SMP terhadap kakak kelasnya. Jujur, kali pertama baca berita itu di media online, gue langsung kaget. Bagaimana tidak, baik pelaku-korban umurnya masih remaja bahkan tergolong anak-anak.

Polisi pun bergerak cepat mengungkap kasus ini. Perlahan, satu per satu pelaku mulai diburu. Pihak sekolah tempat korban menimba ilmu dipanggil – untuk dimintai keterangan. Tukang becak, tukang sayur, tukang apapun ikut bicara, tak ketinggalan dengan tetangga di sekelilingku pada angkat bicara terhadap masalah ini.

Gue mah diem aja. Kalau gue pribadi, gak suka nimbrung sama tetangga kalau masalah gituan. Ntar omongannya merambat ke mana-mana. So, berakibat fatal menjurus ke perbuatan ghibah. Gue lebih suka ngungkapinya di blog. Syukur-syukur kalau ada media yang buka suara pembaca.

Ternyata, si dewi fortuna berpihak kepada gue. Soalnya salah satu media lokal lagi bahas masalah pencabulan ini dan mempersilakan pembaca untuk mengirim opininya.  Apalagi distimulus dengan hadiah, wow… buru-buru deh gue tancap gas buat opininya dan langsung kirim. Berikut opini gue! 

"Dewasa kini, rasanya keterlibatan remaja terhadap kasus kriminal semakin hari semakin bertambah.  Sebenarnya ada 2 faktor yangmenyebabkan hal itu terjadi. Pertama, karena FAKTOR INTERNAL, faktor yang da tang dari dalam diri remaja itu sendiri. Faktor tersebut bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan si remaja mengendalikan karakter buruk yang melekat pada dirinya, semisal mudah meledak-meledak, sensitif tinggi, temperamental, dan lain sebagainya. Sehingga remaja seperti ini akan lamban menerima pelajaran dan meraih prestasi akademik di sekolah. Yang pada akhirnya,akan cenderung melakukan tindak kejahatan.

Faktor internal lain yang sangat memengaruhinya adalah keluarga, terlebih orangtua. Sesungguhnya, orangtua memiliki andil besar terhadap pembentukan perilaku anak. Orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu menjadi pengajar, pendidik, pembimbing, dan pemberi inspirasi bagi anak-anaknya. Jika orangtua telah memiliki sifat-sifat tersebut, maka bisa dipastikan tingkah laku si anak tidak akan menyimpang dan berbuat diluar batas. Sebaliknya, remaja yang dibesarkan oleh orangtua yang dipenuhi konflik dan kurangnya pengawasan, maka kemungkinan besar mereka akan cenderung menjadi perilaku yang kurang baik.

Faktor kedua, adalah FAKTOR EKSTERNAL, faktor yang datang dari luar, semisal pengaruh lingkungan dan sosial yang buruk. Faktor pertemanan turut menyumbang seorang remaja melakukan aksi kriminal. Jika seorang remaja memiliki teman yang baik, pastinya akhlak si remaja tersebut akan baik pula. Tetapi, jika remaja memilih berteman dengan seorang pemabuk, pemuja narkoba, komunitas gank motor, dan pencuri, maka mereka lamban laun akan ikut terpengaruhi menjadi pribadi yang sama.

Berikutnya, penyebab remaja terlibat dalam kasus kriminal adalah faktor kemiskinan. Sulitnya bertahan hidup, membuat remaja kadang gelap mata melakukan tindak kejahatan. Meski demikian, tidak seluruhnya remaja yang berasal dari keluarga miskin menggunakan cara ini. Sekarang pertanyaannya, bagaimana meminimalisir agar keterlibatan anak-anak atau remaja terhadap tindak kriminal menurun, bahkan remaja kapok melakukannya lagi? Adalah peran serta semua lapisan masyarakat, mulai dari pemuka agama, pemerintah, pihak kepolisian, tenaga pendidik, dan orangtua jawaban untuk ini.

Sudah seharusnya, lapisan masyarakat yang disebutkan tadi, harus konsisten dan paham akan tugasnya. Sebagai pemuka agama, sudah sepatutnya memberikan contoh dan nasehat dalam kebaikan. Sementara, Kementerian Pendiidkan harus menyempurnakan lagi pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang ada, semisal menambahkan pendidikan karakter atau budi pekerti pada kurikulum pembelajaran.

Pemerintah pun dituntut untuk bekerjasama dengan pihak kepolisian melakukan pengawasan terhadap tingkah laku remaja sekarang ini, seperti dilakukannya razia tawuran pelajar, memblokir situs internet yang dianggap menyimpang dan merusak moral, menegur bahkan menutup stasiun televisi yang menayangkan program "racun" bagi anak-anak, mengusung gerakan anti-narkoba, gerakan bina siswa, memfasilitasi bakat remaja semisal dengan membangun Gedung Bakat Remaja, dan aksi positif lainnya.

Selanjutnya adalah peran guru di institusi pendidikan. Guru merupakan pengganti orangtua di sekolah. Maka dari itu, guru harus memiliki karakter yang kuat guna melahirkan penerus bangsa yang unggul. Danyang tak kalah penting adalah orangtua. Orangtua adalah model peran yang menjadi panutan bagi anaknya. Oleh sebab itu, orangtua harus melakukan pengawasan dan pendekatan  terhadap anak.  Disamping itu, orangtua harus mengarahkan anak untuk terlibat dalam tindakan positif sehingga tidak terjerumus pada tindak kejahatan. Demikian "suara" yang dapat saya berikan. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. Sukses terus untuk Sumatera Ekspres!"


Setelah kirim opininya, dengan percaya diri gue bilang ke mimih (panggilan ibu dalam bahasa Sunda) gue kalau nanti opini gue menang. Wow... ternyata ajiiib! Omongan gue terbukti benar. Gue menang.

So, dari masalah pencabulan ini, dapat kita simpulkan bahwa untuk membangun karakter para penerus bangsa diperlukan peran dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk negara. Tidak hanya dari peran guru atau orangtua saja.

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Ngobrol Asik..

Followers